HCM Mind by Hinata Claudia Marantika. Happy Reading and Dont forget to Follow. Thank you :)

Sunday, February 17, 2013

Summer and Komet

          Aku mengerjapkan mataku, lalu kulihat keluar jendela. Tampak matahari telah bersinar begitu terangnya. Pepohonan rindang dengan dedaunan yang begitu hijau kian menghiasi pandanganku. Namun ada sesuatu yang berbeda! Apa itu, aku tidak pernah melihatnya. Itu... peri pohon?

           Menyadari tentang sesuatu yang sedang kulihat, membuatku segera berlari keluar dari rumah dan menghampirinya. Masih ada. Oh, indah sekali. Aku tidak mampu berpaling darinya. Dia kecil, namun keindahannya begitu luar biasa. Dia menoleh ketika sadar akan kedatanganku. Oh tidak, dia menatapku, iya peri itu menatapku. Aku terpaku & kemudian tenggelam dalam keindahannya. Dia tersenyum, seketika aku merasa jantungku berhenti berdetak. Tuhan, kurasa kau memberkatiku hari ini, sangat amat memberkatiku karena mempertemukanku dengan peri pohon yang sekarang sedang menatap lembut diriku.

            Peri itu perlahan mendekat ke arahku. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu. Dan benar, dia mengatakan sesuatu.
"Kau... kau melihatku?" tanyanya padaku.
"Ya." jawabku ragu.
Seketika peri pohon itu tersenyum sekali lagi padaku. Dan kali ini senyuman itu tampak lebih indah. Aku rasa aku gila.
"Aku senang kau dapat melihatku." katanya.
"Kenapa?"
"Karena tidak seorang pun yang mampu melihatku. Kebanyakan orang hanya menganggapku sebuah bagian dari dalam kotak imajinasi manusia yang tidaklah nyata." jelasnya.
              Aku terdiam mendengarnya.Seberuntung itu kah diriku hingga dapat melihatnya, melihat peri pohon ini. Ya, dia kecil. Tapi entahlah, sekecil apa pun ia, rasanya peri pohon ini begitu mudah kulihat. Bahkan dari kejauhan sekalipun. "Aku pun senang dapat melihatmu." jawabku setelah itu.
Jeda. Tidak ada suara. Aku merasa salah tingkah ketika ia memerhatikanku. Ia menatapku, tapi tatapan itu, tatapan itu bukan sebuah tatapan yang mengganggu. Tapi tatapan itu, tatapan yang... yang menenangkan.

"Kau, siapa namamu?" tanyanya.

Aku sempat terkaget dan semakin merasa aneh atau mungkin 'gugup'. Aku segera mengambil kembali pikiranku yang tadi sempat terbang entah kemana. "Namaku Komet." jawabku dengan suara yang kuusahakan agar terdengar sedatar mungkin. "Kalau kau, apa kau mempunyai nama? Maksudku kau juga pasti memiliki nama bukan. Siapa namamu?"
"Komet! Nama yang bagus." ia memiringkan sedikit kepalanya sambil tersenyum menatapku, "Namaku, Hydrangea Macrophylla." jawabnya ramah.
"Nama yang indah. Tapi kurasa terlalu sulit." jeda sejenak & aku pun berpikir, "Bagaimana jika aku memanggilmu, Summer?"
Part of the novel 'A pair of wings for the Future.'
"Summer?"
"Ya, namamu Hydrangea Macrophylla. Merupakan salah satu jenis bunga yang tumbuh sejak awal musim semi sampai akhir musim gugur bukan? Jadi kurasa 'Summer' cocok untukmu." jelasku.
Ia sempat terdiam sejenak & kemudian sinar matanya berubah, "Aku menyukainya." katanya dengan gembira.
"Baiklah Summer, senang mengenalmu."
"Begitu pun denganku Komet. Kita berteman?" tanyanya.
"Ya, jika kau mau."
"Tentu. Aku senang kau bersedia berteman denganku."

                Aku hanya tersenyum Aku menarik nafas, & rasanya, entahlah. Tapi, ada sesuatu yang membuatku merasa,,, senang.

"Hi Komet."
"Ya, Summer?"

             Jeda sejenak. Summer menatapku, senyuman itu lagi-lagi muncul. Jantungku seketika kembali kehilangan kendali. Berhentikah? Ah, sudahlah, biarkan saja.

"Komet... aku suka matamu. Matamu indah, mungkin itu sebabnya orang tuamu memberikan nama itu untukmu." ucapnya.

             Dan aku seperti kehilangan suaraku . Kehilangan detak jantungku. Tapi aku masih mampu merasakan, merasakan angin yang bertiup membelai helai demi helai rambutku, membelai halus wajah & tubuhku. Aku masih bisa mendengar, mendengar suara dedaunan hijau yang menari-nari ketika tertiup lembut oleh hembusan angin. Dan aku masih dapat melihat, melihatnya, bahkan mematung menatapnya yang saat ini sedang tersenyum padaku. Aku benar-benar tidak dapat mengalihkan pandanganku untuk berpaling darinya. Summer.

To be continue ...